Bukan bermaksud mengkonyolkan bangsa diri sendiri, tapi
harus bagaimana lagi memang begitulah kenyataannya. Beberapa kali bersama satu
mobil dengan orang orang dari luar negeri dan melintasi jalanan di beberapa
kota di Jawa. Ada saja kejadian unik yang kadang dijadikan bahan guyonan atau
lebih tepat “SINDIRAN” bagi saya karena selain sopir tentu saja saya yang
berkebangsaan Indonesia di dalam mobil tersebut.
Saat melintas di rel kereta dan menunggu agak lama sedangkan
sirene tanda peringatan meraung raung nampak dari depan arah yang berlawanan
pengendara motor dengan santainya masih berlalu lalang tanpa khawatir jikalau
kereta bisa seawaktu waktu lewat, mereka pun sempat berteriak teriak ketakutan
sendiri karena melihat pelajar SD yang dibonceng orang tuanya tanpa menggunakan
helm dengan tenang melewati perlintasan rel ganda kereta api tersebut.
Mereka pun bertanya kepada saya, apakah sering terjadi
kecelakaan karena orang sembarangan melintas rel kereta secara sembarangan.
Saya hanya bilang kurang tahu namun dari statistik angka kematian di jalan
lebih banyak dikarenakan tabrakan motor atau mobil bukan karena ceroboh
menyeberang rel kereta api. Mereka hanya tersenyum nyinyir mendengar jawaban
saya.
Lalu ketika kami melintas di kawasan industri di Semarang di
mana di sisi kiri jalan adalah sungai yang langsung bermuara di laut Utara
Jawa. Nampak terlihat bocah bocah tanggung sedang asyik melompat tanpa canggung
dari tepian sungai ke dalam sungai yang airnya hijau kecoklatan, belum lagi
tercampur dengan sampah sampah plastik dan limbah pabrik.
Satu saja pertanyaan mereka kepada saya yakni kemana orang
tua anak anak itu yang membiarkan mereka berenang anak anak mereka tanpa
khawatir di sungai yang kotor dan tercemar tersebut. Saya sekali lagi hanya
bisa bilang “I don’t know about that and it’s true face about my nation”.
Mereka asyik jeprat jepret kejadian yang bisa dianggap unik tersebut dan
mungkin akan mereka bagikan ke teman teman mereka di negera asalnya. Hmmm miris
dan ironis tentu saja bagi saya. Saya tak berusaha mengajukan pembelaan atas
kejadian tersebut karena tentunya tidak ada premis yang bisa saya buat atas hal
itu.
Satu contoh lagi, ketika sekilas saya berhenti karena lampu
merah di perempatan sekitar Legundi saya sempat abadikan mobil pick up dengan
muatan barang barang bekas yang menggunung dan berlebih. Karung karung itu
hanya diikat seadanya dengan tali tambang plastik. Kejadian ini tentunya bukan
kali pertama yang saya lihat dan bukan hal yang aneh di mata kita. Saya hanya
berpikir, bagaimana jika tali pengikat itu putus dan karung karung tersebut
lepas sedangkan di kanan atau kiri atau belakang ada mobil atau motor dan
kemudian menimpanya.
Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan memang pengemudi
akan berurusan dengan pihak berwajib namun tidak ada sangsi bagi pemilik mobil.
Hukuman seakan bisa dibeli negeri ini, nyawa dan keselamatan orang seakan tidak
ada harganya dan sangat murah. Seolah menjadi kebiasaan dan pembiaraan sehingga
hal tersebut menjadi sesuatu yang bisa dimaklumi. Satu saja pesan dari saya “Berhati
hati selalu di jalan, kadang meskipun kita telah berhati hati kecelakaan bisa
saja timbul karena ulah pengendara lain yang tidak berhati-hati”.
0 comments:
Post a Comment