Moda transportasi yang satu ini memang banyak menuai kontroversi
di saat awal kedatangan hingga saat ini setelah memiliki banyak anggota
dan keberadaannya yang merambah di kota kota besar lain selain Jakarta. Namun
rupanya masalah klasik yang seringkali muncul adalah bersinggungan dengan para
pengojek lain yang telah ada sebelumnya di suatu kawasan strategis tertentu.
Saya ambil contoh yakni di Bandara Ahmad Yani Semarang,
sebulan yang lalu saya masih bisa booking ojek online “GOJEK” dari tempat ini
dan lokasinya jelas di GPS map aplikasi tersebut. Namun tentu saja saya masih
keluar dulu dari lokasi utama bandara ke halte BRT setelah rel kereta api dekat
dengan gapura keluar bandara sekitar 200 meter jaraknya. Namun seminggu yang lalu saat saya kembali
lagi ke Semarang ketika hendak memesan ojek online tersebut, GPS tidak bisa
memuat jelas dimana lokasi saya, pilihan yang ada hanyalah RS Columbia Asia
yang pada awalnya saya tidak tahu jelas dimana lokasinya yang pasti ada di
dekat bandara.
Saat pertama memesan driver gojek pertama sempat menelepon
saya dan mengatakan “Bapak keluar dulu aja nanti saya tunggu di dekat bundaran
RS Columbia Asia”, saya menanyakan kepadanya dimana lokasi tepatnya rumah sakit
tersebut namun keburu ditutup dan tak lama dia cancel sendiri bookingan. Tak
putus asa saya coba memesan lagi, lama aplikasi berputar putar mencari driver
yang lokasinya dekat dengan bandara. Posisi saya sudah di halte BRT waktu itu,
syukur akhirnya ada driver yang mau pick up orderan saya kemudian dia menelepon
saya dan mengatakan hal yang sama saya disuruh mendekat ke rumah sakit
tersebut, dan dari dia saya tahu bahwa letaknya ada di bagian ujung jalan masuk
ke bandara kira kira 200 meter lagi dari halte BRT di seberang jalan.
Tak lama driver tersebut datang, dan di sepanjang perjalanan
saya banyak mendapat informasi bahwa memang pengemudi ojek online tidak bisa
lagi mengangkut penumpang dari bandara yang menunggu di halte BRT melainkan
harus di dekat RS Columbia Asia. Hal ini dikarenakan adanya pelarangan oleh
pengojek bandara yang merasa “nafkah” mereka terkurangi dengan beroperasi ojek
online ini. Di samping itu dari pihak ojek online sendiri memang telah
mensosialiasikan kepada anggotanya agar tidak mengambil penumpang di area
bandara dan di sekitarnya. Hal ini diterapkan juga di aplikasinya dimana lokasi
pick up Bandara Ahmad Yani tidak akan muncul di GPS map jika menjadi lokasi pick up.
0 comments:
Post a Comment