Untuk mencapai lokasi PONPES GONTOR PUTRI 1 dan 2 NGAWI dari Surabaya bisa dibilang sangat mudah. Jika naik angkutan umum dari luar propinsi memang anda bisa naik bus bus jurusan Surabaya ke Solo dan Jogjakarta dengan kelas PATAS seperti EKA dan Sugeng Rahayu Patas serta bus ATB (AC tarif biasa) yakni MIRA dan Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu Ekonomi AC. Dengan tarif 70 ribu rupiah untuk kelas PATAS dan 42 ribu rupiah untuk kelas Ekonomi.

Anda akan turun persis di depan Ponpes Gontor Putri 1 sedangkan untuk Ponpes 2 agak sedikit masuk dari jalan utama Ngawi Solo tersebut. 

Kami mencoba menawarkan layanan jasa antar jemput dari Bandara Internasional Juanda, Stasiun Gubeng dan Stasiun Pasar Turi Surabaya dan Stasiun Mojokerto untuk mengantarkan wali santri dan calon santri ke Ponpes Gontor Putri di daerah Mantingan Ngawi tersebut.

Tarif antar/ drop off dari Bandara Internasional Juanda, Stasiun Gubeng dan Stasiun Pasar Turi Surabaya ke Ponpes Gontor Putri 1 dan 2  Mantingan Ngawi adalah Rp 650.000,- all in (sudah termasuk BBM, sopir dan tiket tol, dll). Sedangkan tarif untuk Pulang Pergi dengan waktu keberangkatan balik ke Surabaya maksimal jam 4 sore di hari yang sama adalah Rp 800.000/ all in. Armada yang kami gunakan adalah mobil Xenia R tahun 2015 dengan AC double blower yang mampu menampung 6 orang sekaligus.

Dengan harga yang bersaing dan layanan memuaskan semoga usaha kami barokah dalam mengantarkan anda ke lokasi pondok. Silahkan hubungi nomer diatas untuk sekedar bertanya atau mencari tahu, kami akan dengan senang hati menjawab pertanyaan anda.


Ponpes Gontor Putri ternyata tidak hanya terdapat di daerah Mantingan, Ngawi saja ternyata terdapat juga di daerah Kediri. Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri 5 terletak di Bobosan, Kandangan, Kemiri, kabupaten Kediri, Jawa Timur 64294 dengan nomer telepon(0354) 7067200.

Untuk mencapai lokasi pondok tersebut dari Surabaya memang agak susah karena tidak ada kendaraan yang langsung menuju ke sana. Jika naik angkutan umum dari luar propinsi memang akan lebih jika turun di stasiun Jombang, namun saya sendiri tidak tahu naik angkutan apa lagi untuk menuju lokasi pondok.

Kami dari SAPHIRE TRAVEL mencoba menawarkan layanan jasa antar jemput dari Bandara Internasional Juanda, Stasiun Gubeng dan Stasiun Pasar Turi Surabaya untuk mengantarkan wali santri dan calon santri ke Ponpes Gontor Putri 5 tersebut.

Tarif antar/ drop off dari Bandara Internasional Juanda, Stasiun Gubeng dan Stasiun Pasar Turi Surabaya ke Ponpes Gontor Putri 5 Kandangan Kediri adalah Rp 425.000,- all in (sudah termasuk BBM, sopir dan tiket tol, dll). Sedangkan tarif untuk Pulang Pergi dengan waktu keberangkatan balik ke Surabaya maksimal jam 5 sore di hari yang sama adalah Rp 600.000/ all in.

Dengan harga yang bersaing dan layanan memuaskan semoga usaha kami barokah dalam mengantarkan anda ke lokasi pondok. Silahkan hubungi nomer diatas untuk sekedar bertanya atau mencari tahu, kami akan dengan senang hati menjawab pertanyaan anda.

MBI Amanatul Ummah Pacet

Hubungi SAPHIRE TRAVEL (085733656725 WA, SMS, Telp), menerima antar jemput wali santri ponpes atau Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Amanatul Ummah Pacet Mojokerto baik dari Bandara Internasional Juanda, Stasiun Mojokerto, Stasiun Surabaya Gubeng dan Stasiun Surabaya Pasar Turi.

Dengan tarif kompetitif dan layanan yang optimal silahkan hubungi Cak Wawan di nomer tersebut diatas bagi para orang tua yang hendak menjenguk atau mengantar putra-putri anda untuk bersekolah atau mondok di MBI Amanatul Ummah Pacet.

Madrasah atau sekolah berbasis Islam ini beralamat di Jl. Tirtowening No. 2, Kembang Belor, Pacet, Kembangbelor, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur 61374 dengan nomer telepon : 0815-5109-708.

Untuk mencapai pondok ini dengan menggunakan angkutan umum dari Surabaya dan Mojokerto tidaklah mudah karena harus bergonta-ganti angkot dan tidak ada yang langsung menuju lokasi madrasah ini. Alternatif angkutan adalah taxi atau mobil sewa. Dengan menggunakan taxi dari bandara atau stasiun di Surabaya tentulah mahal dan membuat kantong anda terkuras.

Kami tawarkan layanan antar jemput dari bandara atau stasiun menuju pondok Amanatul Ummah dengan harga murah dan fasilitas mobil yang nyaman. Jika anda merasa tarif antar jemput kita kemahalan dibanding taxi online silahkan lihat perbandingan harganya seperti gambar dibawah ini. 




Tarif drop off atau antar dari stasiun Pasar Turi, stasiun Gubeng dan Bandara Juanda ke MBI Amanatul Ummah Pacet adalah Rp 350.000,- sedangkan untuk layanan pulang pergi adalah Rp 500.000,- (dengan catatan jam terakhir kunjungan adalah 5 sore). 

Semoga Barokah...... Amin...
Ikon Kota Surabaya di depan KBS

Surabaya di era kepemimpinan ibu Walikota Tri Rismaharini berhasil membangun kota Surabaya yang panas menjadi lebih sejuk berkat tangan dinginnya yang menyulap beberapa area terbuka hijau menjadi taman taman cantik dengan tema tema tertentu yang menyegarkan mata dan
  menyejukkan hati warga kotanya. Bahkan di penghujung tahun 2018 ini Surabaya mewakili Indonesia berhasil meraih penghargaan Kota Terbaik versi voting online yang diselenggarakan di salah satu kota besar di Tiongkok.

Ada banyak taman yang telah dibangun di Surabaya, beberapa taman kota cantik yang terkenal di Surabaya dan wajib anda kunjungi di adalah:

1. Taman Bungkul
Taman ini terletak di jalan raya Darmo dekat dengan kebun binatang Suroboyo. Berbagai fasilitas permainan anak dan jogging track terdapat di taman ini. Disediakan juga free WIFI didalamnya namun sejauh yang saya tahu jarang sekali kita bisa mengakses fasilitas internet GRATIS tersebut.


2. Taman Prestasi
Taman ini terletak di daerah Ketabang Kali tepat di belakang aliran sungai Kalimas dan berseberangan dengan gedung Grahadi dan SMA Negeri 6 Surabaya. Daya tarik khas dari taman ini adalah adanya monument atau bangkai Pesawat Tempur Bombardir. Sayang sekali sekarang kita tidak bisa naik ke atas bangkai pesawat karena tangga untuk naik telah dilepas oleh pihak pengelola.



Sumber: mapio.net
3. Taman Mundu
Taman ini terletak tepat di seberang jalan depan Gelora 10 Nopember Surabaya, ciri khas taman ini adalah adanya air mancur dan kolam yang airnya keluar sewaktu waktu. Sayangnya pertunjukan air mancur tersebut hanya di waktu waktu tertentu saja.


4. Kebun Bibit Bratang atau Taman Flora 1
Taman ini terletak di dekat terminal Bratang dan persis di sebelah ruko RMI. Berbagai fasilitas bermain anak terdapat disini mulai dari outbond, kolam pasir, jogging track, dll. Ciri khas taman ini adalah adanya taman satwa berupa rusa tutul, kandang burung, dan kolam ikan besar didalamnya. Berbagai acara biasanya digelar setiap akhir pekannya oleh pihak penyelenggara maupun pihak dari luar.


5. Kebun Bibit 2 Wonorejo
Taman ini terletak agak jauh dari pusat kota, yakni di daerah Wonorejo dekat dengan hutan Mangrove Wonorejo. Taman ini memiliki ciri khas danau buatan yang besar dengan beberapa dek yang menjorok ke tengah, dengan pemandangan atau view yang menarik sering dijadikan obyek foto pre wedding atau pemotretan lainnya.




6. Hutan Mangrove Wonorejo
Terletak di sekitar Wonorejo Timur, wisata alam ini menjadi destinasi favorit baru berlibur bagi warga kota Surabaya, jenuh dengan pemandangan taman taman biasa anda bisa datang ke sini. Jika dari bandara Juanda Sidoarjo letaknya tidak terlalu jauh bisa ditempuh dengan waktu setengah jam perjalanan saja jika lalu lintas lancar. Di tempat ini kita bisa melihat hutan mangrove yang rimbun dan masih terjaga ekosistemnya, dek kayu panjang yang berliku dan dilengkapi dengan rumah rumah kayu. Obyek wisata yang terbilang baru ini wajib anda kunjungi jika ke Surabaya.

7. Taman Skate dan BMX
Sumber: donyituaku.blogspot.com
Terletak di sebelah kanan patung Monkasel anda bisa mengunjungi taman ini dengan mudah jika sedang menunggu kereta api di stasiun Gubeng. Taman ini baru saja dibangun dan peruntukkannya sesuai dengan namanya yakni untuk arena bermain skate board dan sepeda BMX. Dilengkapi dengan air mancur dan patung Suroboyo, taman ini kelihatan lebih menarik jika dilihat pada malam hari.
Sumber: hello-pet.com

8. Taman Pelangi
Taman ini terletak di jalan raya utama masuk ke kota Surabaya yakni jalan Ahmad Yani. Persis di seberang bundaran Dolog, Dengan mengusung tematik pilar pilar yang bisa menyala dengan warna pelangi jika malam hari. Taman yang tidak terlalu luas ini cocok dikunjungi hanya saat akhir pekan saja karena lokasinya yang padat lalu lintas di hari hari kerja.


Bukan bermaksud mengkonyolkan bangsa diri sendiri, tapi harus bagaimana lagi memang begitulah kenyataannya. Beberapa kali bersama satu mobil dengan orang orang dari luar negeri dan melintasi jalanan di beberapa kota di Jawa. Ada saja kejadian unik yang kadang dijadikan bahan guyonan atau lebih tepat “SINDIRAN” bagi saya karena selain sopir tentu saja saya yang berkebangsaan Indonesia di dalam mobil tersebut.

Saat melintas di rel kereta dan menunggu agak lama sedangkan sirene tanda peringatan meraung raung nampak dari depan arah yang berlawanan pengendara motor dengan santainya masih berlalu lalang tanpa khawatir jikalau kereta bisa seawaktu waktu lewat, mereka pun sempat berteriak teriak ketakutan sendiri karena melihat pelajar SD yang dibonceng orang tuanya tanpa menggunakan helm dengan tenang melewati perlintasan rel ganda kereta api tersebut.

Mereka pun bertanya kepada saya, apakah sering terjadi kecelakaan karena orang sembarangan melintas rel kereta secara sembarangan. Saya hanya bilang kurang tahu namun dari statistik angka kematian di jalan lebih banyak dikarenakan tabrakan motor atau mobil bukan karena ceroboh menyeberang rel kereta api. Mereka hanya tersenyum nyinyir mendengar jawaban saya.

Lalu ketika kami melintas di kawasan industri di Semarang di mana di sisi kiri jalan adalah sungai yang langsung bermuara di laut Utara Jawa. Nampak terlihat bocah bocah tanggung sedang asyik melompat tanpa canggung dari tepian sungai ke dalam sungai yang airnya hijau kecoklatan, belum lagi tercampur dengan sampah sampah plastik dan limbah pabrik.

Satu saja pertanyaan mereka kepada saya yakni kemana orang tua anak anak itu yang membiarkan mereka berenang anak anak mereka tanpa khawatir di sungai yang kotor dan tercemar tersebut. Saya sekali lagi hanya bisa bilang “I don’t know about that and it’s true face about my nation”. Mereka asyik jeprat jepret kejadian yang bisa dianggap unik tersebut dan mungkin akan mereka bagikan ke teman teman mereka di negera asalnya. Hmmm miris dan ironis tentu saja bagi saya. Saya tak berusaha mengajukan pembelaan atas kejadian tersebut karena tentunya tidak ada premis yang bisa saya buat atas hal itu. 

Satu contoh lagi, ketika sekilas saya berhenti karena lampu merah di perempatan sekitar Legundi saya sempat abadikan mobil pick up dengan muatan barang barang bekas yang menggunung dan berlebih. Karung karung itu hanya diikat seadanya dengan tali tambang plastik. Kejadian ini tentunya bukan kali pertama yang saya lihat dan bukan hal yang aneh di mata kita. Saya hanya berpikir, bagaimana jika tali pengikat itu putus dan karung karung tersebut lepas sedangkan di kanan atau kiri atau belakang ada mobil atau motor dan kemudian menimpanya.

Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan memang pengemudi akan berurusan dengan pihak berwajib namun tidak ada sangsi bagi pemilik mobil. Hukuman seakan bisa dibeli negeri ini, nyawa dan keselamatan orang seakan tidak ada harganya dan sangat murah. Seolah menjadi kebiasaan dan pembiaraan sehingga hal tersebut menjadi sesuatu yang bisa dimaklumi. Satu saja pesan dari saya “Berhati hati selalu di jalan, kadang meskipun kita telah berhati hati kecelakaan bisa saja timbul karena ulah pengendara lain yang tidak berhati-hati”. 


Saya beberapa kali melihat selintas bus berwarna biru ini di daerah seputaran Tanggulangin dan di dekat Hypermart Sidoarjo. Terlihat di bodi bus yang kelihatan baru dan masih terawat itu adalah Trans Gerbang Kertasusila. Bentuk bus ini sama dengan busway atau bus Transjakarta, dengan pintu keluar masuk penumpang di tengah tengah dan menggunakan konstruksi dek tinggi atau high deck.

Anehnya saya jarang melihat bus ini berkeliaran di Surabaya, hmm atau mungkin karena saya jarang ke Surabaya. Saya coba mencari tahu di internet ternyata bus biru Trans Surabaya ini yang dikelola oleh perum DAMRI ini pada mulanya diperuntukkan untuk kunjungan UN Habitat tahun 2015 di Surabaya. Bus ini merupakan sumbangan dari Kementerian Perhubungan. Sebanyak 30 buah bus warna biru diserahkan kepada Dishub Surabaya di tahun 2015.


Namun anehnya pemkot Surabaya sendiri menolak beroperasinya di kota Pahlawan tersebut dengan alasan belum adanya infra struktur terutama untuk halte tinggi untuk tempat menaik turunkan penumpang. Akhirnya 30 buah bus itu sempat mangkrak di garasi bus DAMRI di daerah Jemursari.

Untungnya daripada mangkrak bus bus tersebut dioperasikan untuk melayani penumpang di trayek Surabaya-Sidoarjo dan Porong. Sebanyak 10 buah bus beroperasi di daerah Sidoarjo sedangkan 20 buah sisanya dioperasikan di Surabaya. Saya sendiri sempat sekilas melihat dek atau halte tinggi telah dibangun di beberapa tempat di Sidoarjo.

Dari informasi yang ada tarif BRT Gerbang Kertasusila ini adalah 5 ribu rupiah untuk semua jarak dalam artian jauh dekat sama saja tarifnya. Menilik dari armada yang digunakan harusnya bus semodel dengan busway di Jakarta ini bisa menjadi alternatif pemecahan masalah kemacetan di Surabaya dan kota satelitnya seperti Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto. 

Namun kendala seperti jalur yang masih campur dengan kendaraan lainnya dan juga halte dengan dek tinggi serta survey tingkat kebutuhan penggunanya harus bisa diselesaikan secepatnya agar operasionalnya bisa berjalan dengan maksimal.


Sekedar berbagi info kuliner enak di daerah pinggiran Sidoarjo. Jika anda hendak ke Pacet atau pulang balik ke Surabaya melewati bisa jadi anda melewati daerah Prambon ini. Terletak dekat dengan pabrik kertas PAKERIN dan pabrik gula Watoe Tulis daerah ini merupakan bagian dari kabupaten Sidoarjo. Daerah dekat Krian dan Mojosari ini sedang menggeliat karena efek dari lumpur Lapindo yang melanda bagian utara Sidoarjo sehingga pengembangan pemukiman dan industri mulai banyak beralih di daerah ini.

Saya sendiri sudah bermukim di daerah Krian kurang lebih 6 tahun walaupun KTP saya masih warga Surabaya. Walaupun tidak ada perkembangan yang mencolok di sekitar daerah Krian hampir selama beberapa tahun terakhir ini, namun tidak ada salahnya saya membagikan beberapa tempat makan enak “menurut lidah saya” hehehe.


Beberapa waktu lalu setelah klinong klinong dengan istri saya tercinta dan anak bungsu saya, perut keroncongan, istri saya lebih memilih makan makanan yang tidak terlalu berat karena di rumah tadi pagi telah masak untuk makan siang. Kebetulan posisi saya sudah dekat dengan pasar Prambon saat itu, dan pikiran teringat adanya Bakso Solo di sekitaran pasar tersebut tepat di seberang Pasar Prambon. Segera kubelokkan motor ke arah warung bakso tersebut.

Warung itu tidak terlalu besar hanya ada 2 buah meja dan 4 bangku panjang yang berhadap hadapan. Segera istri saya memesan dua mangkok bakso Solo, tak lama kemudian datang ke hadapan kami 2 mangkok panas bakso Solo. Seperti layaknya bakso Solo dengan kuah bening dan bihunnya, satu porsi bakso itu berisi 2 buah pentol kasar berukuran sedang, 3 pentol kecil halus dan 2 buah tahu bakso.


Seperti biasanya tak butuh waktu lama bagi saya, mangkok saya pun licin tandas tak kurang dari 5 menit. Sementara istri masih sibuk menyuapi si kecil dengan kunyahan pentol yang dilembutkan. Kuah bening bakso masih terasa fresh dan bukan kuah kemarin yang diangetin, pentolnya tidak terlalu kenyal dengan rasa daging sapi yang khas. Sedangkan bakso tahunya, seperti kebanyakan hanyalah tahu yang digoreng tanpa ada isian di dalamnya. Pengen rasanya nambah namun seperti biasa “sang empunya Dompet “hanya melirik saja takut kalau makanan hasil masakannya di rumah tidak tersentuh.

Saya hanya berlalu saja ke sepeda motor sedang istri saya ke kasir. Ah lumayan dengan 8 ribu per porsi saja kudapati kuliner yang lumayan enak di daerah Prambon.


Ada kecenderungan di beberapa daerah angkutan umum tidak lagi menjadi sarana transportasi utama warganya. Bahkan pada kenyataannya angkutan umum untuk beberapa trayek terpaksa harus ditutup karena sepinya penumpang, ini terjadi di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan banyak kota di Jawa Timur.

Kenyataan pahit ini saya dengar sendiri dari tetangga saya yang memiliki satu unit LYN atau mobil angkutan umum dengan trayek Jembatan Merah ke Kenjeran, dia bercerita hanya di jam jam tertentu saja di tiap harinya dia gunakan untuk menarik penumpang, selebihnya lebih baik duduk manis di terminal daripada harus jalan mencari penumpang yang tidak mesti ada.

Terkadang dia juga malas berangkat karena mending di rumah menunggu carteran dari sekolah langganannya untuk mengantar siswa mereka pergi berenang, atau tetangga yang sedang butuh mobil carter untuk acara hajatan. Dilema memang, di saat pemerintah kota berusaha mengurangi jumlah kendaraan bermotor dan mencoba menarik masyarakat untuk naik angkutan umum.

Kalau anda sering melintas di dekat KBS atau Kebun Binatang Surabaya, persis setelah jembatan Wonokromo di sisi sebelah kiri jalan ada Terminal Angkutan Umum Joyoboyo, anda bisa lihat atau melintas sesekali waktu di samping terminal, nampak jajaran mobil angkot atau Lynn berbaris rapi menunggu penumpang. Dan yang aneh penumpang yang ditunggu hanya “satu dua yang terlihat”. Terminal itu nyaris mati kalau saya boleh bilang.

Ya disaat kemacetan mulai tak terbendung di kota kota besar macam Surabaya, harusnya angkutan umum menjadi alternatif pemecahan masalahnya. Namun apa boleh buat, orang lebih memilih naik sepeda motor atau mobil pribadi jika pergi ke tempat kerja atau untuk keperluan lainnya. Kredit sepeda motor sekarang amat sangat mudah, bahkan tanpa DP atau Uang Muka sekalipun dan proses verifikasi yang seadanya saja. Motor baru dengan DP lima ratus ribu rupiah dan cicilan mungkin kurang dari satu juta rupiah per bulan sudah bisa didapat.

Memang kalau dihitung hitung naik motor sendiri jelas akan jauh lebih hemat daripada naik angkutan umum. Kita coba buat perhitungan sederhana, motor sekarang rata rata untuk pemakaian dalam kota konsumsi BBM nya sekitar 30-40 km/liter. Jika jarak dari rumah ke tempat kerja kita ambil rata rata sekitar 10 km, maka jarak tempuh pulang pergi adalah 20 km setiap harinya. Dengan harga BBM premium atau pertalite di kisaran angka tujuh ribu rupiah per liter. Maka dalam dua harinya kita hanya mengeluarkan biaya transportasi sebesar 7 ribu rupiah saja. Coba bandingkan jika kita naik angkutan umum, anggap saja ongkos sekali naik angkot adalah 5 ribu rupiah maka dalam 2 hari kerja biaya transportasi yang harus dikeluarkan adalah 20 ribu rupiah.

Dilema juga bagi para pengguna transportasi umum di kota besar yakni, karena terus berkurangnya jumlah armada maka waktu tunggu para penumpang untuk menunggu angkutan menjadi lebih lama belum lagi “kebiasaan NGetem” yang lama dari sopir, yang tentu saja membuat jengkel penumpang karena takut terlambat masuk ke tempat kerja.

Seharusnya Surabaya harus cepat berbenah dalam membenahi transportasi publik ini agar kemacetan tidak terus terjadi tiap harinya dan menjadi satu hal yang harus di “mahfumi” warga kota. Surabaya harus segera berkaca kepada Jakarta agar kemacetan tidak terjadi seperti halnya di ibukota negara tersebut. Pembenahan masalah transportasi ini memang membutuhkan kebijakan yang komprehensif dan menyeluruh tidak bisa hanya dengan membenahi satu sisi saja.
Pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor, tarif pajak yang mahal untuk kepemilikan kendaraan bermotor lebih dari satu, tarif parkir yang mahal di tempat tempat umum, serta banyak alternatif cara lainnya tidak mungkin bisa diwujudkan jika tidak didukung kebijakan dari pemerintah pusat. Jika tidak dimulai dan dipikirkan dari sekarang, jangan salahkan jika 5 atau 10 tahun lagi Surabaya akan benar benar seperti Jakarta dalam hal kemacetan lalu lintasnya.

Jalan Tol Kertosono-Jombang
Jalan bebas hambatan sejauh kurang lebih 14 km yang menghubungkan Kertosono dan Jombang ini merupakan bagian dari rencana mega proyek Trans Jawa, yakni jalan TOL yang akan menghubungkan ujung ke ujung pulau Jawa. Terhitung hanya 3 kali saya melintas di jalan raya berbayar ini, dua kali dengan menggunakan bus dan sekali terakhir dengan membawa sendiri kendaraan pribadi.

Setelah mengantar tamu travel saya ke Kediri, saya tidak ingin bercapek capek dan berhadapan dengan bus bus besar di jalanan Kertosono, Perak, Jombang. Saya banting setir ke kiri setelah perlintasan kereta api dekat dengan daerah Bandar Kedung Mulyo. Letak pintu tol ini kurang lebih satu kilometer dari daerah Brakan Kertosono, yakni daerah transit atau daerah tempat penumpang menunggu dekat dengan gapura masuk wilayah kabupaten Kediri dan Kertosono.

Memasuki pintu TOL ini terasa lengang sekali, selama perjalanan hanya beberapa kendaraan yang saya jumpai, baik yang searah maupun sebaliknya. Saya sendiri lupa setelah berapa kilometer baru bertemu dengan pintu atau gerbang pembayaran tiket. Karena dari kaca spion saya lihat tidak ada kendaraan jauh di belakang saya, iseng saya bertanya kepada petugas loket pembayaran.

"Mas apakah jalan TOL ini sambung ke arah TOL Mojokerto Surabaya? Iya Pak jawabnya, Bapak terus ikuti TOL yang mengarah ke Ploso Jombang ini hingga habis, kemudian setelah keluar masuk lagi dari sisi sebelah kanan di daerah Tembalang lalu ambil yang mengarah ke Gedeg Mojokerto kemudian turun di pintu keluar Penompo (Kedamean atau Legundi Krian). 

Oooo baik kalau begitu ujar saya sambil tak lupa mengucapkan terima kasih dan selamat bertugas dan membayar tiket tol sebesar Rp 11.000,-. Ah info yang mungkin kelak berguna bagi saya dan orang lain.


Mendung petang mampak di arah Tenggara, kupacu mobil kecilku dengan tekanan gas dikaki semampu aku menginjaknya. Ah rupanya hanya di kisaran 120 km/jam saja mobil sejuta umat bisa berlari, sebenarnya bisa kupaksakan lebih cepat lagi namun apa daya hembusan angin dan kondisi kendaraan yang kosong membuatnya sedikit oleng ke arah kanan. 

Nampak di sisi kanan kiri jalan tol kebun kebun jagung milik petani sudah selesai di panen, ah pemandangan yang menyegarkan  namun juga sedikit “ngeri ngeri sedap” karena sedikit saja pandangan kita meleng dan mengantuk akan berbahaya dampaknya.

Mesin mobilku nampaknya senang dengan kondisi jalan yang lengang, dia bebas memacu dapur pacunya sendiri. Hanya saja hembusan angin yang kencang menahan sedikit nafsuku untuk membawanya berlari lebih kencang lagi. Sepuluh menit berlalu akhirnya aku sampai di gerbang pintu keluar TOL. 

Petunjuk MAPS di telepon seluler mengatakan saya harus berbelok ke arah kanan menuju pintu masuk tol di wilayah Tembalang. Namun kubelokkan setir kemudi ke arah kiri, untuk sementara kutunda dulu rencana melintasi wilayah Kertosono-Jombang-Mojokerto-Krian dengan menggunakan jalan bebas hambatan.

Sebenarnya kalau saya terus menyambung menggunakan tol tersebut, yakni dari tol Tembalang Jombang ke Mojokerto lalu keluar di daerah Kedamean Legundi akan lebih cepat sampai ke rumah saya di daerah Krian. Namun untuk sementara kubatalkan rencana tersebut. lain kali pasti akan kulintasi jalanan itu.