Sejenak Menikmati Gorengan Murah Meriah

Siapa yang tidak kenal dengan nama gorengan, baik itu tahu, tempe, singkong, ubi dan lain lain. Apapun yang bisa dimakan dan digoreng dinamakan gorengan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kuliner rakyat yang satu ini, masalahnya hanyalah di higienis atau tidaknya saat pembuatannya.

Banyak kejadian yang diungkap di media massa baik itu televisi, koran maupun  media lainnya bahwa banyak kecurangan yang dilakukan penjual gorengan untuk bisa mendapatkan keuntungan mereka menghalalkan berbagai macam cara. Kecurangan yang dilakukan biasanya pada penggunaan minyak goreng bekas yang didapat dari minyak goreng sisa hotel dan restoran cepat saji sehingga bisa menekan biaya. Ada juga yang menggunakan minyak curah dengan harga murah biasanya minyak hasil refinasi, dan yang ekstrem adalah penambahan lilin atu bahkan plastik agar membuat hasil gorengan terasa renyah dan tetap kriuk walaupun telah digoreng dalam waktu yang agak lama.

Tentu saja hal tersebut akan berpengaruh kepada kesehatan dalam jangka waktu lama karena penggunaan minyak goreng yang tidak higienis tersebut. Dari sisi kesehatan minyak goreng memang tidak bisa digunakan berkali kali karena minyak akan menjadi jenuh dan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya yakni radang tenggorokan, dan tentu saja kolesterol dalam jangka panjang.

Namun jika kita sekali kali saja jajan gorengan di luar rumah tentu tidak ada salahnya. Jika di Jakarta gorengan biasanya disajikan dengan pendamping cabe kecil hijau atau sambal encer dari kacang. Berbeda sekali dengan yang ada di Jawa Timur khususnya Surabaya dan sekitarnya. Gorengan biasanya disajikan dengan Lombok atau cabe hijau atau kuning panjang dan juga sambal petis. Seperti kita tahu petis adalah hasil fermentasi dari udang yang bentuknya mirip dengan terasi udang namun lebih kenyal dan lengket serta berwarna hitam.

Bagi yang belum pernah merasakan sambal petis ini tentunya akan merasa aneh dengan rasanya, namun bagi warga Surabaya dan sekitarnya sambal petis ini sudah menjadi ciri khas daerah. Di dekat rumah saya ada satu warung gorengan dimana kita bisa memakan gorengan di tempat tersebut dengan santai karena disediakan kursi dan juga tempat untuk lesehan. Di depan perumahan Mandiri Residence Krian tepatnya ada deretan warung warung makanan, salah satu diantaranya adalah yang menjual gorengan tersebut letaknya didekat penjual sate.

Dengan harga gorengan 750 rupiah kita bisa memilih menu gorengan berupa tahu, tahu isi, tempe, tempe menjes, bakwan atau ote ote. Dan tentu saja spesialnya ada sambal petisnya yang saya rasa cukup menggigit di lidah karena campurannya airnya sedikit sehingga gurihnya terasa. Menghabiskan 4 potong gorengan saya pikir sudah cukup untuk memanjakan lidah dan mengisi perut saat sore hari dengan membawa serta keluarga. Ditambah dengan segelas teh hangat  untuk mengusir rasa pedas dari Lombok atau cabe dan sambal petisnya.

Untuk anda yang tinggal di Krian, Wonoayu dan sekitarnya tidak ada salahnya mencoba gorengan di warung yang satu ini, sambil lesehan dan menikmati udara sore hari. Saat malam minggu depan perumahan ini ramai dengan anak anak muda yang berkumpul untuk bermalam mingguan. Harga murah dan rasa gorengan enak dengan suasana yang mendukung apalagi yang kita cari dalam hidup ini

0 comments:

Post a Comment