Bisa dikatakan susah untuk mencari kuliner khas Surabaya
ini, bentuknya yang mirip pecel dengan bahan bahan bakunya yang khas yakni daun
semanggi. Kalau anda tidak mengenal daun semanggi anda bisa buka kartu remi dan
lihat bentuk kartu keriting itulah bentuk dari daun tersebut.
Kebetulan hari Minggu kemarin saya mengajak keluarga ke
Kebun Bibit Bratang, di depan pintu masuk banyak sekali pedagang kaki lima
menjajakan dagangannya. Satu hal yang menarik saya adalah penjual Semanggi
Suroboyo. Ah sudah lama saya tidak menikmati kuliner khas Surabaya tersebut,
nanti saja kalau hendak pulang saya akan beli satu pincuk mudah mudahan saja
penjualnya masih ada.
Setelah 2.5 jam berkeliling taman akhirnya kita pun pulang
dan menuju ke tempat parkir, saya coba melongok lagi melihat penjual makanan
tersebut dan ternyata saya beruntung karena masih ada. Segera saya pesan satu
bungkus semanggi Suroboyo dengan rasa pedas, si ibu ibu penjual segera
menambahkan satu sendok sambal yang rupanya dipisah dari bumbu utamanya. Bumbu
atau kuah dari Semanggi ini mirip dengan bumbu pecel namun yang menjadi ciri
khas adalah terbuat dari ketela pohon dengan sedikit campuran kacang tanah
sehingga berasa agak manis.
Sedangkan bahan sayurannya adalah Semanggi itu sendiri,
kecambah atau toge panjang. Ditambah dengan krupuk khas Surabaya yang terbuat
dari nasi yang dikeringkan yakni krupuk PULI. Ya semanggi Suroboyo hanya
terdiri atas sayuran dan disiram kuah dari ketela pohon serta krupuk saja.
Lambat laun kuliner khas Surabaya ini terkikis jaman karena
susahnya mencari bahan baku utamanya yakni daun Semanggi yang biasanya tumbuh
di empang empang dan pinggir kali atau sungai kecil. Yang pernah saya tahu
penjual yang biasanya ibu ibu ini berasal dari daerah Benowo, Cerme, dan
Benjeng serta Balongpanggang. Karena di daerah tepi kota Surabaya tersebut
bahan baku Semanggi masih bisa ditemukan.
Bagi saya sendiri yang termasuk generasi 80 an makanan ini
memiliki nostalgia dan kenangan tersendiri. Rasanya khas dan tidak kalah dengan
makanan makanan dari Korea, Thailand dan lain lain. Kita sendiri sebenarnya
yang harus bangga dengan kuliner lokal dan tidak latah makan makanan dari luar
negeri.
0 comments:
Post a Comment