Seperti kebanyakan orang Indonesia
makan tidaklah lengkap tanpa cemilan yang satu ini yakni kerupuk. Saat saya
kecil kerupuk masih berharga 5 rupiah saja setiap bijinya. Namun yang masih menjadi idola saya
sampai saat ini adalah kerupuk Upil atau kerupuk goreng pasir. Saat masih
SD waktu istirahat dengan uang 25 rupiah sudah bisa didapat satu piring kecil
kerupuk tersebut dengan sambal dari tepung kanji yang bentuknya agak
menjijikkan sebenarnya mirip iler atau ingus orang karena mirip Slime yang
sekarang lagi booming.
Dimakan beramai ramai dengan teman
teman disertai segelas es cao atau cincau untuk menghilangkan rasa pedas
sambalnya. Kini kerupuk pasir atau upil tersebut telah bermetamorfosis menjadi
berbagai macam bentuknya. Kalau dulu hanya ada dua saja yakni yang berukuran
besar dengan warna dominasi putih mengkilap dan yang berukuran kecil dengan
warna berwarna warni namun pucat.
Saya sendiri lebih senang yang kecil
karena lebih terasa enak walaupun tidak begitu gurih dibanding yang
besar. Di dekat rumah saya dulu banyak pengrajin atau pabrik kerupuk upil
ini, berbahan baku dari tepung tapioka sama dengan kerupuk biasa namun
lebih berwarna warni dan yang menjadi ciri khasnya yakni digoreng dengan
menggunakan pasir.
Saya tahu persis bagaimana
pengolahannya, kerupuk yang telah dijemur kering digoreng dalam kuali
tanah besar dengan bahan bakar berupa serbuk kayu dan kayu bakar dimana didalam
kuali besar tersebut berisi pasir yang telah dibersihkan entah bagaimana
caranya.
Namun jangan salah sebenarnya dalam
pasir tersebut saat akan menggoreng juga ditambahkan sedikit minyak tanah.
Kerupuk kemudian dimasukkan kedalam kuali tersebut dan persis jika menggoreng
dalam wajan berisi minyak pasir berisi kerupuk mentah dibolak balik agar
kerupuk bisa mekar dan matang secara merata.
Sebelumnya saya sempat melihat
pengrajin kerupuk berinovasi dengaan menggunakan penggorengan seperti drum yang
berputar dimana kerupuk mentah ditaruh didalamnya, dimana drum tersebut
diletakkan diatas pembakaran. Namun tidak terlalu lama ternyata mereka
kembali lagi ke cara yang lama yakni menggunakan kuali tanah.
Kini seperempat kilogram kerupuk
pasir ini dihargai 5 ribu rupiah, ini seukuran dengan satu kantung plastik besar.
Namun saya jarang menjumpai kerupuk upil warna warni dengan ukuran kecil
kesukaan saya saat kecil dulu. Sekarang pengrajin kerupuk lebih banyak membuat
kerupuk dengan ukuran lebih besar dan berwarna mayoritas putih mengkilap entah apa
yang menjadi alasannya saya sendiri kurang tahu.
0 comments:
Post a Comment